Selasa, 12 Agustus 2014

Sejarah Pertamina EP

Sejarah

Tue 22 Jun 2010 16:12

Minyak Bumi Dikenal Orang

Orang-orang di Sumatera mulai memanfaatkan minyak bumi pada abad XVI. Kala itu minyak bumi selain digunakan untuk bahan obat dan penerangan obor juga digunakan sebagai senjata menghalau musuh. Rakyat Aceh dengan senjata bola-bola api dari minyak bumi berhasil menghalau armada Portugis di Selat Malaka.
Kemudian pada tahun 1883, A.J. Zijiker pimpinan perkebunan tembakau diwilayah Langkat secara tidak sengaja menemukan minyak bumi yang merembes kepermukaan membentuk seperti kubangan. Dengan penemuannya itu maka pada tanggal 15 Juni 1885 melakukan pemboran yang hasilnya cukup potensial untuk dikembangkan. Daerah pengembangan secara komersial oleh A.J. Zijiker disebut Kompiek Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang merupakan tonggak sejarah Perminyakan di Indonesia.

Namun jauh sebelum itu, pada tahun 972 masyarakat Sumatera Selatan sudah mengenalnya. Hal itu dibuktikan dalam catatan sejarah Cina, pada masa itu kerajaan Sriwijaya Palembang selalu mengirimkan guci-guci berisi minyak bumi kepada kaisar Cina di kota Langit Biru. Orang-orang Cina kala itu sangat memerlukan cairan minyak bumi untuk dijadikan bahan obat penyakit kulit dan reumatik. Minyak bumi yang dikirim dari kerajaan Sriwijaya itu diperoleh dengan cara mencidukdari rembesan di permukaan bumi Sumatera Selatan.

Penemuan Minyak Bumi Komersial di Sumatera Selatan

Prabumulih dalam sejarah perminyakan disebut Komplek Palembang Selatan (KPS). Pertama kali minyak bumi ditemukan di daerah ini oleh bangsa Belanda pada tahun 1870 pada rembesan puncak antiklin di Kampung Minyak ketika melakukan pemetaan geologi. Pada tahun 1896 daerah ini dikembangkan dan diproduksikan melalui sumur dangkal sedalam 65 meter di Kampong Minyak dan Babat oleh Muara Enim Petroleum. Pada tahun 1901 Sumatera Palembang Petroleum Company (Sumpal) membuka kegiatan tambang minyak di Suban Jeriji, pada waktu itu merupakan pusat kantor lapangan. Minyak yang diproproduksikan oleh Sumpal berasal sumur kedalaman 105 meter di Air Ngalega dan Suban Jeriji.
Produksi minyak yang dihasilkan oleh Muara Enim Petroleum Company diolah di kilang Plaju. Sedangkan produksi dari Sumpal diolah di kilang Bayung Lincir, jaraknya 100 mil sebelah barat laut dari Palembang. Selain itu Musi Petroleum Company kegiatannya hanya dibidang pengolahan saja di Bagus Kuning yang jaraknya satu setengah mil dari Plaju.

Perkembangan Perusahaan Minyak di Sumatera Selatan

Dengan diketemukannya minyak bumi di Komplek Palembang Selatan (Prabumulih) dan diproduksikan secara komersial maka The Royal Dutch membuka usaha dalam bidang pengangkutan dan pemasaran hasil. Usaha yang sama juga dilakukan oleh The Shell Transport and Trading Co yang didirikan oleh Balai Perniagaan Inggris. Berdasarkan perjanjian kontrak hasil minyak dari Muara Enim Co dan Musi Ilir Co diserahkan kepada Shell, terutama hasil minyak tanah untuk penerangan lampu.
Perkembangan selanjutnya, Sumatera Palembang Petroleum Co dipersatukan dengan The Royal Dutch yang selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1902 bersama Shell membentuk Asiatic Petroleum Co. Pembentukan itu merupakan organisasi dalam hal pengangkutan dan perdagangan minyak untuk kepentingan kongsi tersebut. Pada tahun 1904 Muara Enim Petroleum Co bergabung dengan The Royal Dutch dan tahun 1906 menyusul Musi Ilir Co. Penggabungan kedalam tubuh The Royal Dutch maka menjadikan sebagai pengusaha tunggal perminyakan di Sumatera Selatan.
Selanjutnya, setelah Shell dan The Royal Dutch dipersatukan pada tanggal 26 Februari 1907 dan pembentukan serentak dari De Bataafshe Petroleum Maatschappij, The Angle Saxon Petroleum Company dan The Shell Petroleum Company (disebut The Asiatic) dibawah pimpinan The Royal Dutch dibentuk suatu persekutuan seluruh perusahaan penghasil minyak di Nusantara dengan nama Committe Of Producer atau Panitia Penghasil. Dalam persekutuan itu diberlakukan pembagian pengelolaan diantaranya; Bataafsche Petroleum Mij (BPM) dibidang produksi dan Asiatic Petroleum dibidang pemasaran serta Anglo Saxon dibidang pengangkatan.
Sumatera Bagian Utara
Rantau
Dalam perkembangan sejarah pertambangan dan industri perminyakan di bumi Nusantara, PT Pertamina EP Field Rantau Region Sumatera Operasi yang berkedudukan di Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sekitar 142 Km Barat Laut Kota Medan, 62 Km dari Pangkalan Berandan dan 9 Km dari Kualasimpang – Ibu Kota Kabupaten Aceh Tamiang,  dimulai  dari  penemuan sumur minyak bumi Rantau I (R-1) di Struktur Rantau pada  tahun  1928, yang berproduksi secara komersial.
Pada Februari 1929 dalam jumlah 856 BOPD melalui kedalaman 340 meter dan  pertama kalinya dilaksanakan Logging Sumur minyak di Indonesia. Sumur ini ditemukan oleh BPM.


Semasa masih bernama PT Pertamina (Persero) Daerah Operasi Hulu NAD - Sumbagut luas areal operasinya sekitar 20.493,42 Km2 mulai dari Aceh, Sumatera Utara, namun setelah perubahan struktur organisasinya menjadi
PT Pertamina EP Field Rantau Region Sumatera, luas arealnya 4390 Km2, di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, khususnya Kabupaten Aceh Tamiang dan di Propinsi Sumatera Utara Kabupaten Langkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar